1. Peran Pedagang dalam menyebarkan Muhammadiyah
Dari kota Makassar, Muhammadiyah berkembang kedaerah-daerah dipedalaman Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku. Mereka ada yang berdagang kain dan yang terbanyak adalah pedagang hasil bumi, istilah popular saat itu adalah “produkten handelar”.
Sebagai pedagang, beliau mempunyai relasi dagang dengan pedagang dari daerah lain. Pedagang-pedagang relasi mereka itu terbuka hatinya memahami dan menerima faham-faham keagamaan dan cita-cita Muhammadiyah itu.
Muhammadiyah Cabang Makassar sebagai Cabang yang pertama-tama diSulawesi Selatan diberi wewenang oleh Hoofd-bestuur Muhammadiyah menyebarkan dan mengembangkan Muhammadiyah keseluruh Sulawesi bahkan juga kedaerah-daerah sekitarnya.
Para pedagang dari daerah-daerah itu menyempatkan diri mengikuti pengajian dan tabligh baik yang diadakan dirumah K.H. Abdullah atau dimesjid Ta’mir yang diisi secara bergilir oleh pengurus teras Muhammadiyah Makassar.
2. Muhammadiyah Terbentuk DiDaerah-daerah
1) Muhammadiyah di Rappang, Pinrang, Pare-pare dan Majene.
Pada tahun 1928, Haji Zaini sekeluarga mendirikan Muhammadiyah Groep Rappang. Beliau juga dibantu oleh Haji Ismail Ambo Mariama. Istri Haji Zaini juga berjasa mendirikan Aisyiyah Di Rappang, dengan bantuan putera-puterinya dan putera-puteri Haji Ismail Ambo Mariama.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengajian-pengajian. Kemudian mendirikan sekolah ibtidaiyah serta tsanawiyah.
Pada tahun 1929, pengurus Muhammadiyah berhasil mendirikan Muhammadiyah di Pare-pare, tahun 1930, berhasil mendirikan Muhammadiyah groep Pinrang dan Pada tahun 1929, berhasil mendirikan Muhammadiyah groep Majene (Mandar). Usaha selanjutnya mendirikan Muhammadiyah groep Jampue pada tahun 1930.
2) Muhammadiyah di Sengkang clan Soppeng
Salah seorang pedagang relasi Mansyur Yamani ialah S. Ahmad Balahmar dari Sengkang. Beliau antusias dan akhirnya menjadi anggota Muhammadiyah dikota Makassar. Sekembalinya keSengkang, beliau mengadakan pertemuan dengan 12 orang keluarga dan sahabat karibnya dan disepakati oleh mereka mendirikan Muhammadiyah di Sengkang.
Rapat pembentukan Muhammadiyah groep Sengkang dilangsungkan pada hari ahad, 15 Juli 1928 dan pada pada rapat itu diputuskan pengurus Muhammadiyah Sengkang terdiri atas:
Haji Andi Mori, Voorzitter (ketua)
Andi Djoerangga, Vice Voorzitter (wakil ketua)
Abdul Muthalib, Secretaris
Muhammad Nur, Penningmeester (bendahara)
Andi Toppo, Commisaris (pembantu)
Haji Laummung, Commisaris (pembantu)
Abdul Rahman, Commisaris (pembantu)
Pengurus dengan susunan tersebut diatas dilengkapi pula dengan pengurus bahagian pengajaran yang terdiri atas:
Abdul Latif, Voorzitter (ketua)
Daeng Madimeng, Vice Voorzitter (wakil ketua)
Andi Basomelle, Secretaris
Daeng Mattata, Penningmeester (bendahara)
Usaha pertama yang dilakukan ialah melakukan pengajian. Kegiatan lainnya ialah membentuk kepanduan Hizbul Wathan dengan kepeloporan M. Arafah.
Muhammadiyah groep Sengkang berkembang ditengah-tengah tantangan dengan pesatnya, sehingga menjadi groep yang kuat waktu itu, menyebabkan konferensi daerah Sulawesi Selatan yang pertama diselenggarakan di Sengkang, berlangsung pada tanggal 20 Mei 1929.
Pengurus Muhammadiyah Cabang Sengkang yang pertama diresmikan dan dilantik oleh wakil Hoofdbestuur tersebut terdiri atas:
Andi Mangkona, sebagai Voorzitter
Andi Jurangga, sebagai Vice Voorzitter
Andi Passamula, sebagai Secretaris
Abduhnuttahb, sebagai Penningmeester
Sayid Ahinad Balahmar, sebagai Commisaris
Andi Toppo, sebagai Commisaris
Daeng Mattata, sebagai Commisaris
La Massi, sebagai Commisaris
La Unta, sebagai Commisaris
La Siajang, sebagai Commisaris
Sayid Syafie, sebagai Commisaris
Andi Pangaru, sebagai Commisaris
Pada tanggal 29 November 1930 Muhammadiyah Cabang Sengkang melengkapi barisannya dengan mendirikan Aisyiyah, dengan pengurus-pengurus terdiri dari:
Andi Tjoma, sebagai Voorzitter
Siti Hadijah, sebagai Vice Voorzitter
Aisyah, sebagai Secretaris
St. Haderiyah, sebagai Penningmeester
Andi Karninang, sebagai Commisaris
Sid Hafsah, sebagai Commisaris
Iboga, sebagai Commisaris
I Mantjeng, sebagai Commisaris
I Dumu, sebagai Commisaris
Pada tahun 1929, Muhammadiyah Cabang Sengkang mendirikan 1 groep, yaitu groep Bellawa.
Pada bulan Ramadhan 1348 Hijriah yang bertepatan dengan bulan februari 1930, Muhammadiyah Cabang Sengkang mengadakan shalat tarawih sendiri dengan peserta sekitar 15 orang setiap malam.
Pada tahun 1930, Muhammadiyah Cabang Sengkang melangkah keluar daerah zelfbertuur Wajo, dengan mendirikan Muhammadiyah groep Batu-batu, desa yang terletak sebelah utara zelfbertuur Soppeng. Pengembangan organisasi diusahakan terus dengan membentuk Muhammadiyah groep Watansoppeng dan groep Lajjowa pada tahun 1933.
3) Muhammadiyah di Daerah Pangkajene, Maros dan Barru
Atas usaha Haji Andi Sewang Daeng Muntu, Muhammadiyah Groep Labbakkang dapat didirikannya pada tahun 1928.
Muhammadiyah groep Labbakkang dengan susunan pengurus pertamanya terdiri dari:
H. Andi Sewang Daeng Muntu sebagai Voorzitter
H. Muhammad Daeng Nojeng sebagai Vice Voorzitter
Mahmud Daeng Mamase sebagai Secretaris
Haji Manshyud sebagai Bendahara
H. Baso Daeng Bombong sebagai Commisaris
Sasyid Hamid sebagai Commisaris
Abdul Rahman Daeng Sila sebagai Commisaris
Amal usaha yang diupayakan groep ini ialah mengadakan pengajian dengan mendatangkan muballigh dari Makassar dan mendirikan madrasah diniyah.
Hubungan antara Muhammadiyah Cabang Makassar dengan Muhammadiyah Groep Labakkang berdiri pula Muhammadiyah groep Pangkajene pada tahun 1929.
Pada tahun 1929, Muhammadiyah groep Maros didirikan , dengan pengurusnya terdiri dari:
Haji Ba Alwi
Daeng Rahim
Ali Usman
H. Ambo Masse
H. Sikkiri
Sekalipun pada groep ini jumlah anggotanya sangat minim, namun mereka pun mengadakan pengajian-pengajian dan mendirikan mushallah (mesjid kecil).
4) Muhammadiyah di Daerah Gowa dan Takalar
Tahun 1929-1930 adalah berdirinya Muhammadiyah daerah swapraja Gowa dan Takalar. Abu Bakar Daeng Bombong yang tukang jahit mempunyai mushallah dekat rumahnya. Dimushallah tersebut diadakan pengajian dan peserta pengajian pun mendirikan Muhammadiyah groep Jongaya dengan susunan pengurusnya :
Abu Bakar Daeng Bombong sebagai Voorzitter
Abdul Razak Daeng Ngerang sebagai Secretaris
Dibantu oleh Abdul Razak Daeng Mile, Daeng Sikota, Ismail dan Sarapa Daeng Tarru.
Haji Yunus Daeng Manangkasi mempelopori berdirinya Muhammadiyah groep Sungguminasa yang pertama itu terdiri antara lain:
H. Yunus Daeng Manangkasi sebagai Ketua
Ince Abdul Ghani sebagai Sekretaris
Dibantu Hilal Karaeng Ujung dan Marhabang Daeng Nuntung.
Sama dengan daerah lainnya, kegiatan pengurus Muhammadiyah serta anggota-anggotanya banyak menghadapi rintangan dari berbagai pihak dalam melakukan kegiatannya.
3. Muhammadiyah Di Daerah Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Selayar dan Jeneponto
a. Muhammadiyah di Daerah Bantaeng
Osman alias Sammang, Tanawali dan Muhammad Osman adalah pelopor berdirinya Muhammadiyah groep Bantaeng pada tahun 1927 tersebut dengan susunan pengurus:
Daeng Paris sebagai Voorzitter
hambali sebagai Vice Voorzitter
Abdullah sebagai Secretaris
Loko Daeng Tompo sebagai Penningmeester
Tanawali sebagai Commisaris
Karaeng Abdul Wahid sebagai Commisaris
Karaeng Abdul Wahid sebagai Commisaris
Karaeng Opu sebagai Commisaris
Haji Mahmud sebagai Commisaris
Pada tahun 1931 telah didirikan Aisyiyah groep Bantaeng dipimpin oleh Sitti Daeng Lebo. Pada tahun1931 itu pula didirikan HizbulWathan dengan pimpinan Salamun. Pada tahun 1938 Muhammadiyah groep Bantaeng ditingkatkan menjadi Cabang.
b. Muhammadiyah di Daerah Bulukumba
Kajang menerima kehadiran Muhammadiyah pada tahun 1928, dipelopori oleh Andi Aco Daeng Pagisi dengan pengurus Muhammadiyah pertama groep Kajang ialah:
Haji Yahya Daeng Pagisi sebagai Voorzitter
Rumallah Daeng Raja sebagai Vice Voorzitter
Muhammad Siddik sebagai Secretaris
Ambo Tarawo sebagai Penningmeester
Syamsuddin Daeng Marala sebagai Commisaris
Muh. Ah Daeng Pahakko sebagai Commisaris
Susunan pengurus pertama Muhammadiyah groep Ponre ialah:
Haji Muhammad Qasyim sebagai Voorzitter
Haji Muhammad Shaleh sebagai Vice Voorzitter
Muhammad Nur sebagai Secretaris
abdullah sebagai Wakil Secretaris
haji Salehe sebagai Penningmeester
Mangaweang Daeng Nassa sebagai Commisaris
Taddang sebagai Commisaris
Ambe Lalo Daeng Matteru sebagai Commisaris
Ismail sebagai Commisaris
Haji Jaji Daeng Pawinru sebagai Commisaris
Dilengkapi penasehat, terdiri dari:
H. Andi Sultan Daeng Raja, (Karaeng Gantarang)
Haji Kantoro, (Penghulu Kadli Gantarang)
Haji Mahmud Ali Barani Daeng Paewa.
Pengurus Aisyiyah groep Ponre:
Sitti Lebba sebagai Voorzitter
Sitti Zaenab sebagai Vice Voorzitter
Ribka sebagai Secretaris
Zukhrah sebagai Penningmeester
Sitti Kalsum sebagai Commisaris
Haji A. Nampe sebagai Commisaris
Sitti Hanifah sebagai Commisaris
Sitti Kawa sebagai Commisaris
Slid Edeng sebagai Commisaris
Pengurus Pemuda Muhammadiyah groep Ponre dengan susunan pengurus:
Andi Ahmad sebagai Voorzitter
Muhammad Ahsan Barani sebagai Vice Voorzitter
Andi Syamsuddin sebagai Secretaris
Bustani Barani sebagai Wakil Secretaris
Haji Ahmad sebagai Penningmeester
Mariang sebagai Commisaris
Gazali sebagai Commisaris
Tebung sebagai Commisaris
Akhirnya tahun 1933, berturut-turut dibentuk:
Muhammadiyah groep Bulukumba kota
Muhammadiyah groep Barabba
Muhammadiyah groep Kampung Baru
Muhammadiyah groep Bantosunggu
Dengan Aisyiyahnya masing-masing
c. Muhammadiyah di Daerah Sinjai
Pada tahun 1928, Muhammadiyah groep Sinjai didirikan atas kepeloporan Ahmad Marzuki bersama Muhammad Sanusi, Andi Bintang dan La Bunna. Pengurus Muhammadiyah groep Balangnipa-Sinjai terdiri dari:
Muhammad Sanusi sebagai Voorzitter
Muhammad Syurkati Said sebagai Secretaris
Haji Muhammad Arif sebagai Penningmeester
Andi Bintang sebagai Commisaris
Ahmad Marzuki Hasan sebagai Commisaris
La Bunna sebagai Commisaris
Sulaiman sebagai Commisaris
Pada tahun 1928, Muhammadiyah groep Sinjai mendirikan Hizbul Wathan dan tahun 1930 membentuk Aisyiyah groep Ballangnipa-Sinjai.
d. Muhammadiyah di Pulau Selayar
Haji Hayyong dan Haji Ganiun dengan giatnya mempelopori dan menjadi pengurus Muhammadiyah groep Benteng (ibu kota Selayar) pada tahun 1930. Kemudian disusul dengan mendirikan Aisyiyah, ialah:
Muhammadiyah groep Buki
Muhammadiyah groep Polebungi
Muhammadiyah groep Onto Sapo
Muhammadiyah groep Bontobangun
Muhammadiyah groep Odaiya
Muhammadiyah groep Laiyolo
e. Muhammadiyah di Daerah Jeneponto
Tahun 1933, Muhammadiyah groep Jeneponto diresmikan dengan pengurusnya antara lain:
Sinowa Daeng Lalang
Abdul Kadir Supu
Daeng Supu
Abdul Razak Sako
Daeng Kulle
Ada 3 tokoh yang sangat mendukung faham dan cita-cita Muhammadiyah, yaitu:
Haji Mattewakkang Daeng Raja
Lanto Daeng Pasewang
Haji Patoppoi Daeng Sutte
f. Muhammadiyah di Luwu dan Tana Toraja
Nadi Jurangga, Vice Voorzitter Muhammadiyah groep Sengkang dibantu sahabatnya yang bernama Abu yang berjasa membawa dan menyebarkan faham dan cita-cita Muhammadiyah didaerah Luwu. Usaha dari Andi Jurangga dan Abu lebih digiatkan oleh La Tang, Sasyid Muhammad dan Sayid Mahmud. Atas usaha mereka, berdirilah Muhammadiyah groep Palopo tahun 1928 (37), dengan susunan pengurus sbb.:
La Tang sebagai Voorzitter
Sayid Mahmud sebagai Commisaris
Sayid Abdullah sebagai Commisaris
Sayid Muhammad sebagai Commisaris
Andi Taha sebagai Commisaris
Andi Harun sebagai Commisaris
Abdul Gani sebagai Commisaris
La Sappe sebagai Commisaris sebagai Commisaris
Lamusu Daeng Palewo sebagai Commisaris
Muhammadiyah groep Palopo juga melengkapi barisannya dengan mendirikan Aisyiyah groep Palopo tahun 1928 dan ditahun yang sama didirikan Hizbul Wathan.
Pada tahun 1929 Muhammadiyah groep Palopo ditingkatkan menjadi Muhammadiyah Cabang Palopo. Atas upaya pengurus Cabang tersebut, akhirnya terbentuk groep-groep Muhammadiyah sbb.:
Muhammadiyah groep Cappasolo
Muhammadiyah groep Malili
Muhammadiyah groep Kolaka
Muhammadiyah groep Larompong
Muhammadiyah groep Masamba
Pada tahun 1931, terbentuklah pemuda Muhammadiyah Cabang Palopo. Kegiatan pengurus Muhammadiyah melangkah keluar dari daerah Luwu dengan membentuk Muhammadiyah di Makale dan Rantepao dengan pimpinan S. Mahmud.
g. Muhammadiyah di Enrekang
Pada tahun Muhammadiyah menancapkan kakinya didaerah yang sebagian besar daerahnya adalah pegunungan dengan status sebagai groep dibawah pembinaan Muhammadiyah Cabang Rappang.
Pada tahun 1934, pengurus Muhammadiyah Enrekang berhasil mendirikan Muhammadiyah groep Bantu Lamba, kemudian menyusul dibentuknya groep Kalosi pada tahun 1935.
4. Beberapa Peristiwa Penting Muhammadiyah di Sulawesi Selatan pada Lima Tahun Pertama
a. Sholat Iedul Fithri di Lapangan Terbuka di Sengkang
Pada bulan Ramadhan 1348 Hijriah, K.H. Abdullah dan rombongannya melakukan tourney kedaerah-daerah. Sholat Ied menjadi pembicaraan masyarakat dan mendapat sorotan, kecaman dan protes dari pihak-pihak yang tidak menyetujuinya. Namun beliau merasa puas karena keinginannya yang juga menjadi putusan bersama yang dipelopori Muhammadiyah Cabang Sengkang untuk sholat Iedul Fithri dilapangan.
b. Peristiwa Tabligh Umum Bulukumba clan Persidangan di Pengadilan
Pada tabligh umum yang pertama kalinya diadakan oleh Muhammadiyah groep Ponre-Bulukumba telah terjadi peristiwa yang menggemparkan. Peristiwa tabligh di Ponre itu menyebabkan Muhammad Daeng Marala diajukan ke pengadilan dengan tuduhan menghina dan melawan pemerintah.
Tuduhan Van Kaster tersebut diatas ditolak oleh pengadilan Bulukumba, namun Muhammad Daeng Marala yang memukul Van Kaster ditahan selama 1 bulan, namun dia merasa puas karena telah memberikan pembelaan kepada Muhammadiyah.
Melayani Tantangan Berdebat Secara Terbuka di Muka Umum
K.H. Muhammad Ramli, penghulu kerajaan Luwu, seorang ulama terkenal dan diakui keulamaannya menantang Muhammadiyah Cabang Palopo berdebat dimuka umum terhadap beberapa masalah pelaksanaan syariat dan ibadah.
Perdebatan seperti yang terjadi di palopo itu, terjadi juga di Jeneponto dan dikota Makassar. Kalau diPalopo dan diJeneponto, Muhammadiyah menghadapi ulama yang tidak sepaham, maka di kota Makassar yang manampilkan S.S. Jam’an dan S. Madjidi berhadapan dengan pendeta Kristen yang dimenangkan oleh Muahammadiyah.
kalo blh tau sumber nya dri mana tulisan yg di atas....kebetulan sy lg cari literatur...balas di email sy saja eca_stl@yahoo.com terima kasih
BalasHapus