1. Perkembangan Pisik Muhammadiyah Selama 15 Tahun (1926-1941).
Berkat keikhlasan, dedikasi yang tinggi dan keuletan pengurus Muhammadiyah serta ditopang oleh kondisi pemahaman masyarakat terhadap agama mulai terbuka, menjadi factor berkembangnya organisasi Muhammadiyah dan amal-amal usahanya yang menunjukkan kemajuan selama 15 tahun.
Ranting-ranting Muhammadiyah:
Kota Makassar
Ranting Bontoala
Ranting Kampung Pisang
Ranting Lariangbangi
Ranting Mariso
Ranting Ujung Tanah
Daerah Gowa
Ranting Jongaya
Ranting Sungguminasa
Ranting Limbung
Ranting Moncobalang
Ranting Barombong
Ranting Barembeng
Ranting Salekoa
Ranting Tombolo Pao
Daerah Takalar
Ranting Palleko
Ranting Galesong
Daerah Jeneponto
Ranting Passorongi
Ranting Batulabbu
Daerah Bantaeng
Ranting Passorongi
Ranting Batulabbu
Daerah Bulukumba
Ranting Bulukumba
Ranting Kajang
Ranting Lange-lange
Ranting Bira
Ranting Ponre-Gattarang
Ranting Tana Beru
Ranting Tiro
Daerah Sinjai
Ranting Ballangnipa
Daerah Selayar
Ranting Benteng
Ranting Buki
Ranting Polebungi
Ranting Ontosapo
Ranting Bontobangun
Ranting Odaiya
Ranting Liyolo
Ranting Ontokerajaan
Daerah Maros
Ranting Maros
Ranting Sangalinna
Ranting Labuang
Ranting Belang-belang
Ranting Camba
Daerah Pangkajene
Ranting Pangkajene
Ranting Labbakkang
Ranting Ujungloe
Ranting Bonto-bonto
Daerah Barru
Ranting Takalasi
Ranting Ele
Ranting Soppeng riaja
Ranting Pancana
Kota Pare-pare
Ranting Pare-pare
Daerah Pinrang
Ranting Pinrang
Ranting JampuE
Daerah Rappang
Ranting Lise
Ranting Teteaji
Ranting Lancirang
Ranting Amparita
Ranting Bilokka
Ranting Massepe
Daerah Soppeng
Ranting Watansoppeng
Ranting La’joa
Ranting Batu-batu
Ranting Ta’juncu
Daerah Wajo(sengkang)
Ranting Bellawa
Ranting Pammana
Daerah Enrekang
Ranting Enrekang
Ranting Kalosi
Ranting Bantu Larnba
Daerah Tana Toraja
Ranting Makale
Ranting Rantepao
Ranting Bone
Ranting Mare
Ranting Luwu(Palopo)
Ranting Larompong
Ranting Cappasolo
Ranting Tolala
Ranting Lanipa
Ranting Wawo
Ranting Siwa
Ranting Masamba
Ranting Mejene(Mandar)
Ranting Mejene
Ranting Pambauang
Ranting Polewali
Ranting Balangnipa
Ranting Wonomulyo
Selama 15 tahun, jumlah anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah yang tersebar diseluruh cabang dan ranting hanya sekitar 7000 orang dengan pengikut yang mendukung usahanya sekitar 30.000 orang.
Sistem penerimaan angoota dengan penyaringan dan pengamatan terhadap prilaku dan pribadi calon anggota menunjukkan bahwa Muhammadiyah sangat mementingkan mutu anggotanya.
Penyelenggaraan Konperensi-konperensi Daerah Musyawarah Dalam Muhammdiyah.
Ada 2 hal yang sangat dipentingkan dalam pengelolaan organisasi Muhammadiyah dan pengelolaan amal-amal usahanya, yaitu:
1) Tertib administrasi, terutama yang berhubungan dengan keuangan dan harta benda milik organisasi.
2) Pengelolaan organisasi secara terbuka dengan selalu mengutamakan musyawarah yang dilandasioleh persaudaraan Islam (ukhuwwah Islamiyah).
2. Konperensi Sebelum Perang Pasific.
Pada lima tahun pertama sejak kehadirannya diSulawesi Selatan, masih dinamakan konperensi cabang dan pada konperensi yang ketujuh diMaros tahun 1932 barulah dinamakan konperensi daerah.konperensi telah dilangsungkan ditempat-tempat berikut:
Tahun 1929 dilangsungkan diSengkang.
Tahun 1929 dilangsungkan diMakassar.
Tahun 1930 dilangsungkan diMajene.
Tahun 1930 dilangsungkan diBantaeng.
Tahun 1931 dilangsungkan diLabbakkang.
Tahun 1932 dilangsungkan diPalopo.
Tahun 1932 dilangsungkan diMaros.
Tahun 1933dilangsungkan diRappang.
Tahun 1934 dilangsungkan diKajang.
Tahun 1935 dilangsungkan diMajene.
Tahun 1936 dilangsungkan diBulukumba.
Tahun 1937 dilangsungkan diMakassar.
Tahun 1938 dilangsungkan diBenteng-Selayar.
Tahun 1939 dilangsungkan diPalopo.
Tahun 1940 dilangsungkan diPare-pare.
Tahun 1941 dilangsungkan diSengkang.
3. Muktamar (Kongres) Muhammadiyah Se-Indonesia ke-21 Di Makassar
Suatu peristiwa organisasi yang sangat bersejarah bagi Muhammadiyah didaerah Sulawesi Selatan ialah Muktamar Muhammadiyah ke-21 dikota Makassar, yang berlangsung tanggal 1 sampai 7 Mei 1932.
Betapa tidak bangga ? sebab dengan menghadiri Muktamar, mereka mendapat kesempatan melihat daerah lain, bertemu dengan utusan daerah dari seluruh pelosok tanah air.
“Comite van Ontvangst” atau panitia penerima muktamar sbb.:
Mansyur Yamani sebagai Voorzitter
Sangadi Kusuma sebagai Vice Voorzitter
H. Nuruddin sebagai Juru Surat I (sekertaris I)
M. Salim sebagai Juru Surat II (sekertaris II)
Abdulkadir sebagai Juru Uang I (Bendahara I)
Haji Yahya sebagai Juru Uang II (Bendahara II)
K. Daeng Marala sebagai Pembantu
Daeng Minggu sebagai Pembantu
H. Daeng Talh sebagai Pembantu
Haji Abdullah sebagai Pembantu
Haji Ahmad sebagai Pembantu
Alie sebagai Pembantu
Salamung sebagai Pembantu
Komite tersebut diatas merupakan panitia pusat membentuk 9 sub komite, yaitu:
Sub Komite Tamu 16 orang, ketua H. Ahmad
Sub Komite Perayaan 13 orang, ketua Salamun
Sub Komite Persidangan 15 orang, ketua Abdullah
Sub Komite Dapur 15 orang, ketua Daeng Minggu
Sub Komite Pameran 11 orang, ketua M. Salim
Sub Komite Perusahaan 8 orang, ketua Abdulkadir
Sub Komite Kesehatan 5 orang, ketua Haji Yahya
Sub Komite Pers 2 orang, ketua M. Dg. Sutte
Sub Komite HW 14 orang, ketua Alie
Penyelenggara Muktamar Aisyiyah, tersiri dari:
Hajjah Fatimah sebagai Pemuka
Hajjah Haspunnah sebagai Pemuka Muda
Sitti Suhanna sebagai Juru Surat I
Sitti Rabiah sebagai Juru Surat II
Sitti Hasanah sebagai Juru Uang I
Sitti Hajerah sebagai Juru Uang II
Sitti Ummi Salam sebagai Juru Periksa
Sitti Maeimunah sebagai Juru Periksa
Sitti Hajerah L. sebagai Juru Periksa
Komite muktamar Aisyiyah tersebut membawahi 4 sub komite, yaitu:
Sub Komite Tamu, 27 orang, ketua St. Ummi Salam
Sub Komite Dapur, 31 orang, ketua St. Hajerah
Sub Komite Perusahaan, 22 orang, ketua H. Fatimah
Sub Komite Perayaan, 14 orang, ketua St. Suhanna
Mukatamar ke-21 berlangsung selama 7 hari dan dihadiri sekitar 3000 orang utusan dan penggembira dengan rincian:
a. Utusan Muhammadiyah dan Aisyiyah sekitar 1500 orang.
b. Pemudan Hizbul Wathan Sul-Sel sekitar 700 orang.
c. Pemudan Hizbul Wathan luar Sul-Sel sekitar 800 orang.
4. Di Masa Pendudukan Jepang
Akibat PD II, hubungan Sulawesi dan Jawa terputus, mengakibatkan hubungan antara Muhammadiyah didaerah dengan pimpinan Pusat Yogyakarta ikut terputus. Oleh karena itu hubungan surat menyurat dari kota Konsulat Muhammadiyah Sulawesi Selatan dengan Cabang dan rantingnya didaerah pedalaman dianggap tidak aman, serta memungkinkan maksud surat yang dikirim disalah tafsirkan oleh para pengurus cabang dan ranting, maka konsul Muhammadiyah Sulawesi Selatan H. Andi Sewang Daeng Muntu berusaha mendatangi cabang dan ranting Muhammadiyah se Sulawesi Selatan dengan kendaraan sepeda secara marathon.
Siasat Pemerintah dan Tentara Jepang.
Untuk memperoleh simpati dari umat Islam yang menjadi penduduk terbesar didaerah ini, pemerintah Jepang mendirikan organisasi baru dengan nama “Jam’iyah Islamiyah” sebagai satu-satunya organisasi bagi Umat Islam.
Untuk memperoleh kepercayaan dari umat Islam, beberapa tokoh Islam Sulawesi Selatan ditarik dalam kepengurusan Jam’iyah Islamiyah dan mendirikan sekolah sebagai wadah pendidikan untuk menampung pemuda-pemuda Islam yang sekolahnya telah ditutup. Kurang lebih 10 bulan sekolah ini berjalan, akhirnya ditutup karena tentara Jepang telah menyerah pada sekutu pada bulan Agustus 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar